Jumat, 31 Mei 2013

Program pascal metode regulafalsi

Laporan akhir metode regulafalsi :
Listing program :

Penjelasan coding :
uses crt; untuk memulai pada program pascal
label ulang; untuk label ulang
var disini terdapat variable x1,x2,x3,y1,y2,y3 dengan tipe data real
x1,x2,x3,y1,y2,y3: real;
i : integer; nilai I adalah integer
ab : char; nilai ab adalah karakter 
data1 : real; data1 adalah bilangan real
begin untuk memulai
ulang: untuk mengulang
clrscr; untuk membersihkan layar sebelum nya
writeln('Tentukan nilai akar persamaannya f(x)=x^3+x^2-3x-3=0 dengan regulafalsi'); mencetak Tentukan nilai akar persamaannya f(x)=x^3+x^2-3x-3=0 dengan regulafalsi
write('Masukkan nilai x1 = '); readln(x1); input nilai x 1 dan membaca x1
y1:= x1*x1*x1+x1*x1-3*x1-3; persamaan nya
writeln('Nilai f(x1) = ', y1:0:4); mencetak nilai f(x1) dari hasil y1
repeat untuk mengulang
begin untuk memulai program
write ('Masukkan nilai x2 ='); input nilai dari x2
readln(x2); membaca nilai dari x2
y2:= x2*x2*x2+x2*x2-3*x2-3; persamaannya
write('Nilai f(x2) = ',y2:0:4); mencetak nilai f(x2) dengan hasil dari y2
end; mengakhiri coding di atas
if (y1*y2) < 0 then jika y1*y2 < 0 maka
writeln('Syarat Nilai OK') cetak nilai ok
else tetapi jika tidak 
writeln('Nilai x2 Belum sesuai '); cetak nilai belum sesuai
until y1*y2 < 0; untuk mengulang y1*y2<0
writeln; untuk mencetak kebawah
writeln ('Penyelesaian persamaan karakteristik dengan metode regulafalsi'); mencetak Penyelesaian persamaan karakteristik dengan metode regulafalsi
writeln ('--------------------------------------------------------------'); mencetak -----
writeln ('    n      x       f(x)        error        '); mencetak n x f(x) error
writeln ('--------------------------------------------------------------'); mencetak -----
repeat untuk mengulang
begin untuk memulai program
i := i+1; x3 := (x2-(y2/(y2-y1))*(x2-x1));  merupakan rumus dari metode regulafalsi
y3 := x3*x3*x3+x3*x3-3*x3-3; persamaan nya
if i < 10 then jika I < 10 maka
writeln (' ',i,':',x3,':',y3,':',abs(y3),':') mencetak I,x3,y3 dan aby(y3)
 else
writeln (i,':',x3,':',y3,':',abs(y3),':'); encetak I,x3,y3 dan aby(y3)
if y1*y3 < 0 then jika y1*y3 < 0 maka
begin memulai program
x2 := x3; y2 := y3;
end mengakhiri program
else
begin memulai program
x1 := x3; y1 := y3;
end; mengakhiri program
end; mengakhiri program
until abs(y3) < 1E-08; nilai abs(y3) < 1E-08 
writeln ('---------------------------------------------------------------'); mencetak ---
writeln ('Akar persamaannya = ',x3); mencetak akar persamaan nya dari hasil x3
writeln ('Errornya = ',abs(y3)); mencetak erronya dari hasil abs(y3)
 writeln ('---------------------------------------------------------------'); mencetak --
writeln ('Apakah anda ingin mengulangi (y/t): '); cetak apakah anda ingin mengulang
readln(ab); membaca ab
 if (ab='y') or (ab='Y') then jika ab = y atau ab = Y maka
begin memulai program
goto ulang; pergi untuk mengulang
end; untuk mengakhiri
end. Untuk mengkhiri program

Penjelasan singkat :
Pada coding di atas sebelum menjalankan nya terlebih dahulu di compile untuk mengetahui apakah masih ada yg erro atau tidak, setelah itu program dapat berjalan dengan baik








Senin, 27 Mei 2013

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
1.       hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2.      setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3.      setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
4.      jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5.      pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6.      pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup lama;
7.      diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8.     setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9.      setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
1.    Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2.    Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3.    Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4.    Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5.    Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6.    Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Jenis-jenis keputusan organisasi

Jenis-jenis keputusan organisasi
Jenis Keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut. Bagian mana organisasi harus  dilibatkan dalam mengambil keputusan, dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut difokuskan.

Secara garis besar keputusan digolongkan ke dalam keputusan rutin dan keputusan yang tidak rutin. Keputusan rutin adalah keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang, dan biasanya telah dikembangkan cara tertentu untuk mengendalikannya. Keputusan tidak rutin adalah keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.

Dalam mengambil keputusan, baik yang bersifat rutin maupun tidak, ada dua metode yang digunakan. Metode pertama adalah metode tradisional, dimana pengambilan keputusan lebih berdasarkan pada intuisi dan kebiasaan. Metode yang kedua adalah metode modern, dimana pengambilan keputusan  didasarkan pada perhitungan matematis dan penggunaan instrumen yang bersifat modern, seperti komputer dan perhitungan statistik.
Pengambilan keputusan berdasarkan 2 metode, yaitu tradisional, dan modern. Sedangkan, pengambilan keputusan secara garis besar ada 2, yaitu rutin, dan tidak rutin.

Difinisi dan Dasar pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu maupun organisasi. Mengambil keputusan kadang-kadang mudah tetapi lebih sering sulit sekali.
Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat subyektif. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat, untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak dan bersifat perasaan.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini memberikan keuntungan, yaitu :
a. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
b. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan
2. Pengambilan Keputusan Rasional yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional berfikir dan lebih bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dan dapat diukur.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis di kemudian hari.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan data empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan keputusan yang valid sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi. Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang yaitu pengambilan keputusan yang berdasarkan atas wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi pemimpin. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien

Sabtu, 11 Mei 2013

program menu pada C++

dibawah ini adalah program untuk menu :

#include <iostream.h>
#include <conio.h>
#include <stdio.h>
void main ()
{
clrscr ();
int pil;
mulai:
cout<<"---------- Menu ----------"<<"\n";
cout<<" 1. Biodata         "<<"\n";
cout<<" 2. Bilangan ganjil genap "<<"\n";
cout<<" 3. Nilai ujian         "<<"\n";
cout<<" 4. exit          "<<"\n";
cout<<"masukkan pilihan anda [1..4] = ";cin>>pil;
switch (pil)
{
case 1:
{
clrscr ();
char nama[20],npm[10],kelas[10];
cout <<"masukkan nama  : ";gets(nama);
cout <<"masukkan kelas : "; cin>>kelas;
cout <<"masukkan npm   : ";cin>>npm;
cout <<"\nnama saya "<<nama<<" \nkelas saya "<<kelas<<" \nnpm saya "<<npm;
getch();
}
clrscr ();
goto mulai;
case 2:
{
clrscr ();
int a;
cout<<"masukkan angka : ";cin>>a;
if (a==0)
cout<<"bilangan nol";
else if (a % 2 == 0)
cout<<"bilangan genap";
else
cout<<"bilangan ganjil";
getch();
}
clrscr ();
goto mulai;
case 3:
{
clrscr ();
int uas,uts,akhir;
cout<<"masukkan nilai uts : ";cin>>uts;
cout<<"masukkan nilai uas : ";cin>>uas;
akhir = (uts * 0.7) + (uas * 0.3);
if (akhir >= 80 && akhir <= 100){
cout<<"Grade A";}
else if (akhir >= 70 && akhir < 80){
cout<<"Grade B";}
else if (akhir >= 60 && akhir < 70){
cout<<"Grade C";}
else if (akhir >= 50 && akhir < 60){
cout<<"Grade D";}
else if (akhir < 50){
cout<<"Grade E";}
else
cout<<"nilai lebih dari 100";
getch();
}
clrscr ();
goto mulai;
case 4:
{
cout<<"\n EXIT ";
getch ();
}
}
}

program menu ini terdiri dari biodata, bilangan ganjil genap dan nilai ujian

program C++ untuk diskon

dibawah ini adalah program diskon pada C++

#include<iostream.h>
#include<conio.h>
void garis();
void disc();
float hasil,diskon,total,total2;
int jumlah,harga;
void main()
{
clrscr();
garis();
cout<<"\n\n\n";
disc();
}
void garis()
{
cout<<"--------------";
cout<<"Program Diskon";
cout<<"--------------";
cout<<"\nPress Enter";
getch();
clrscr();
}
void disc()
{
cout<<"Masukkan Harga Barang = ";cin>>harga;
cout<<"\nMasukkan Jumlah Barang = ";cin>>jumlah;
cout<<"\nMasukkan Diskon Barang = ";cin>>diskon;
total=harga*jumlah;
total2=total*diskon;
hasil=total-total2;
cout<<"\nHarga total barang = "<<total;
cout<<"\nPotongan harga = "<<total2;
cout<<"\nHarga Akhir = "<<hasil;
getch();
}

selamat mencoba :)

program C++ perhitungan

dibawah ini adalah program C++ untuk perhitungan bilangan :

#include <iostream.h>
#include <conio.h>
#include <stdio.h>
void main ()
{
clrscr();
int bil1, bil2, p, k, kl, bg, modu;
cout <<"masukkan bilangan pertama : ";cin>>bil1;
cout <<"masukkan bilangan ke dua  : ";cin>>bil2;
p    = bil1 + bil2;
k    = bil1 - bil2;
kl   = bil1 * bil2;
bg   = bil1 / bil2;
modu = bil1 % bil2;
cout <<"\n------------------------";
cout <<"\nhasil jumlah    :  "<<p <<"\n";
cout <<"\nhasil selisih      : "<<k <<"\n";
cout <<"\nhasil kali          : "<<kl <<"\n";
cout <<"\nhasil bagi         : "<<bg<<"\n";
cout <<"\nhasil sisa bagi  : "<<modu <<"\n";
cout <<"\n------------------------";
getch ();
}



penjelasan nya :
input bilangan 1 dan bilangan 2 maka akan tampil output nya

kekuatan Team Work

           Teamwork atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencpai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi paling populer di tim.
Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.
Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu. Bahkan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Makanya sangat penting untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.
Berikut poin-poin teamwork yang baik:
a.       Teamwork adalah kerjasama dlm tim yang biasanya dibentuk dari beragam divisi dan kepentingan.
b.      Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu adalah kerja individual.
c.      Filosofi teamwork: ‘saya mengerjakan apa yang Anda tidak bisa dan Anda mengerjakan apa yang saya tidak bisa.
d.      Ketika berada dalam teamwork, segala ego pribadi, sektoral, deparmen harus disingkirkan.
e.      Dalam teamwork yang dikejar untuk dicapai adalah target bersama, bukan individual.
f.      Keragaman individu dalam teamwork memang sebuah nilai plus namun bisa menjadi minus jika tidak ada saling pengertian.
g.      Saling pengertian terhadap karakter masing-masing anggota team akan menjadi modal sukses bersama.
h.     Jika setiap orang bekerjasama via bidang masing-masing, target korporasi pasti akan segera terealisasi.
i.      Individu yang egois mengejar target pribadi akan menghambat keberhasilan team. Bayangkan jika si A mengejar target A & si B mengejar target B, lalu target bersama bermuara kemana?
j.  Keahlian masing-masing sungguh menjadi anugerah dalam teamwork yang akan mempercepat proses pencapaian target.
k.   Kendalikan ego dan emosi saat bersama agar pergesekan tidak berujung pada pemboikotan kerjasama.
l.  Dengan pemahaman yang tinggi soal karakter individu dalam team, realisasi target tidak perlu waktu yang lama.
      m.  Ingatlah selalu bahwa: ‘teamwork makes the dream work’.

Tahapan pembentukan kelompok

Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman (1965). Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah kosep ini dicetuskan.
     Tahap 1 - Forming
Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.
     Tahap 2 – Storming
Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini.
     Tahap 3 - Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.
     Tahap 4 - Performing
Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.
Tahap 5 - Adjourning dan Transforming
Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.

Pengertian dan karakteristik kelompok

Pengertian Kelompok  :  Sebagai makhluk sosial, manusia cenderung  hidup dengan cara berkelompok. Berbagai kelompok manusia bisa ditemukan di atas permukaan bumi ini. Dasar pandangan dalam membentuk kelompok itu sendiri bisa berdasarkan dari berbagai macam hal. Mulai dari kelompok orang yang mempunyai hobi yang sama, aktivitas yang sama, sampai kelompok orang yang berasal dari suatu daerah yang sama.
  Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka saling bergantung (interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, meyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi (Cartwright&Zander, 1968; Lewin, 1948).
Karakteristik Kelompok
1.    Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik   secara verbal maupun non verbal.
2.    Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok
3.    Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
4.    Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama.
5.    Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu     sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya.

Implikasi manajerial

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata Implikasi berarti akibat. Kata Implikasi sendiri dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah satunya yang dibahas saat ini adalah manajerial atau manajemen
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
2. implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
 

Teori Managerial Grid

Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
  1. Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
  2. Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
  3. Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
  4. Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
  5. Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
  • Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.
Teori X dan Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc. Gregor (1967), yang memiliki pandangan berbeda mengenai manusia yaitu pada dasarnya manusia bersifat negative (Teori X), dan bersifat positif (Teori Y). Mc. Gregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan pada pengelompkkkan asumsi tertentu dan manajer tersebut cenderung membentuk perilakunya terhadap bawahan sesuai dengan asumsi tersebut. Dalam teori X, terdapat empat asumsi, diantaranya :
  1. Bawahan tidak suka bekerja dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya
  2. Karena bawahan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman
  3. Bawahan akan mengellakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal
  4. Kebanyakan bawahan mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) dan hanya menunjukkan sedikit ambisi
Sedangkan, dalam teori X diasumsikan bahwa :
  1. Bawahan memandang bahwa pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain
  2. Seseorang yang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri
  3. Seseorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab
  4. Kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik (pendelegasian wewenang dan tanggung jawab)
  • Impilkasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Teori ini memusatkan bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe X dan Y sehingga mampu berkontribusi dalam organisasi. Tipe X yang cenderung malas bekerja dan menyukai diperintah, mungkin akan membuthkan saluran komunikasi yang formal, dimana pemimpin menginstruksikan berbagai perintah secara formal. Berbeda dengan tipe Y, antara pemimpin dengan bawahan akan lebih sering berkomunikasi secara informal atau partisipatif. Hal ini dilakukan karena kedua belah pihak sudah saling memahami dan bawahan memiliki pengalaman yang sudah baik.
Motivasi yang diberikan kepada tipe X, mungkin akan cenderung dengan oemberian hukuman yang tegas, sehingag berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan sangat dibutuhkan. Sedangkan untuk tipe X, komunikasi akan sangat mempengaruhi karena motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi.
Teori Kepemimpinan Situasional
Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard (1974, 1977). Teori kepemimpinan situasional merupakan pengembangan dari penelitian kepemimpinan yang diselesaikan di Ohio State University (Stogdill dan Coons, 1957). Teori ini bersaumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada kematangan bawahan dan kemapuan pemimpin untuk menyelesaikan orientasinya, baik orientasi tugas maupun hubungan kemanusiaan. Taraf kematangan bawahan terentang dalam satu kontinum dari immatery ke maturity. Semakin dewasa bawahan, semakin matang individu atau kelompok untuk melakukan tugas atau hubungan. Dalam kepemimpinan situasional ini, Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut :
  1. Telling (S1), yaitu perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan tugas rendah. Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu arah, dimana pemimpin yang berperan.
  2. Selling (S2), perilaku dengan tigas tinggi dan hubungan tinggi. Kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh pemimpin, tetapi sudah mencoba komunikasi dua arah dengan dukungan sosioemosional supaya bawahan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
  3. Participating (S3), yaitu perilaku hubungan tinggi tugas rendah. Pemimpin dan bawahan sama-sama memberikan kontribusi dalam mengambil keputusan melalui komunikasi dua arah dan yang dipimpin cukup mampu dan berpengalaman untuk melaksanakan tugas.
  4. Delegating (S4), yaitu perilaku hubungan dan tugas rendah. Gaya ini memberikan kesempatan kepada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervise yang bersifat umum. Yang dipimpin adalah orang yang sudahj matang dalam melaksanakan tugas dan matang pula secara psikologis.
  • Implikasi Partisipatif dan Teori Kepemimpinan Situasional Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam system komunikasi organisasi, partisipatif telah menggunakan komunikasi dua arah, yaitu system atau pola komunikasi yang akan menghasilkan umpan balik secara langsung dari komunikan untuk dijadikan evaluasi. Pemimpin akan sering berkomunikasi dengan bawahan dalam merumuskan hal-hal yang dapat dirumuskan dengan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa komuniksai harus berfungsi juga sebagai persuatif dan regulative. Kepemimpinan situasional memungkinkan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan kondisi yang terjadi. Untuk komunikasi satu arah seperti Telling, mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak mengarahkan, hal ini dilakukan agar tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur atau tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi satu arah akan mengalami kesulitan dalam menerima umpan balik sebagai evaluasi bagi organisasi. Terkadang dengan komunikasi satu arah, kondisi kerja akan terasa kaku karena bersifat formal.
Dalam kepemimpinan situsional yang dikembangkan menjadi empat bagian, membutuhkan komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. Dalam kepemimpinn ini, Delegating dengan tugas dan perilaku yang rendah menjdi aspek yang paling disukai apabila bawahan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi, karena ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi.